Rabu, 21 September 2016

Menjelajahi Alam dan Situs di Pulau Kabaena

Tim Building Rumpun Perempuan Sultra (RPS) Kendari

“Kabaena kampo tangkeno,
Papan Nama Desa Tangkeno di Depan Gerbang Desa
kampo da moico hawano,
damoico tetodoa

(Kabaena kampung yang bergunung-gunung,
kampung yang sejuk udaranya,
kampung yang baik untuk dihuni)”.  

Demikian sebait lagu yang menemani tim Rumpun Perempuan Sultra (RPS) dalam perjalanan dari Desa Batuawu, Kecamatan Kabaena Selatan menuju Desa Wisata Tangkeno di Kecamatan Kabaena Tengah, Kabupaten Bombana. Untuk mencapai Desa Wisata Tangkeno, kami melewati 5 desa, dari pelabuhan di Desa Batuawu. Mobil yang kami tumpangi terus melaju menjejaki jalan berliku dan menanjak. Sampai di Desa Tirongkotu’a, udara sejuk sudah terasa di tengah sinar mentari pagi menjelang siang.

Perjalanan kali ini menjadi perjalanan wisata yang tidak biasa, karena perjalanan ini adalah kegiatan tim building RPS. RPS adalah salah satu mitra Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dalam program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan). Melalui kerjasama dengan Yayasan BaKTI dalam Program MAMPU, RPS mendapat kesempatan untuk melaksanakan tim building, yang bertujuan  : (1) meningkatkan motivasi kerja serta kekompakan staf program/lembaga dalam menjalankan tugas masing-masing, dan (2) meningkatkan kemampuan leadership staf program/lembaga.

Kegiatan tim building dikemas dalam bentuk outbond. Perjalanan dimulai dari Kota Kendari, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, mengendarai mobil selama 3,5 jam ke Kasipute Kab. Bombana. Perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal speedboat menuju pelabuhan Desa Batuawu. Selanjutnya, menuju Desa Wisata Tangkeno di Kecamatan Kabaena Tengah.

Tangkeno, Desa Wisata di Kabupaten Bombana
Desa Tangkeno terletak di lereng Gunung Sabampolulu, salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara. Oleh karenanya tidak heran jika bentuk topografi dari desa Tangkeno berbukit-bukit. Desa Tangkeno adalah desa pemekaran dari desa Enano tahun 1997. Awal pemekarannya, Desa Tangkeno bernama Desa Enano di Tangkeno sementara desa Induk bernama desa Tangkeno di Enano. Bagi masyarakat Tokotua/Kabaena, nama kedua desa tersebut sedikit ganjil karena perkampungan warga desa Tangkeno lebih dikenal sebagai Kampung Enano dan sebaliknya perkampungan warga desa Enano dikenal dengan kampung Tangkeno. Tahun 2012 barulah nama kedua desa tersebut diubah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.18 tahun 2012 tentang perubahan nama beberapa desa dalam wilayah Kabupaten Bombana. Tanggal 16 Mei 2013 Desa Tangkeno ditetapkan sebagai desa wisata di Kabupaten Bombana oleh Bupati Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 213 Tahun 2013 tentang Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten Bombana tentu berdasarkan potensi wisata yang dimiliki mulai dari wisata alam, wisata budaya, dan wisata sejarah.(www.tangkeno.com).

Tangkeno menarik untuk dikunjungi karena desa ini menawarkan keindahan panorama pegunungan yang sejuk dan indah yang berada di kaki gunung Sabampolulu pada ketinggian 1500 di atas permukaan laut. Tangkeno menawarkan wisata sejarah, sebagai kampung tertua dan pertama di pulau Kabaena yang dihuni oleh etnis Moronene Kabaena dengan beberapa peninggalan situs sejarah, berupa benteng pertahanan dan jejak-jejak purbakala seperti batu berbentuk lesung di permandian air terjun. Budaya dan seni tradisi yang masih terjaga juga menjadi hal menarik untuk dikunjungi.

Setelah ditetapkan menjadi desa wisata, selanjutnya pemerintah daerah membangun fasilitas pendukung Desa Wisata. Hal menarik dalam pembangunan Desa Wisata ini, pemerintah daerah melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui serangkaian pelatihan, masyarakat dilatih menjadi masyarakat ramah wisata, menyambut wisatawan dengan senyum, menyiapkan rumah-rumah mereka sebagai homestay bagi wisatawan, menyediakan kuliner khas Desa Tangkeno dan menjadi guide yang selalu siap mengantar wisatawan mengelilingi situs wisata di Desa Tangkeno.

Untuk menuju Desa Wisata Tangkeno, dari Provinsi Sulawesi Tenggara kami menuju Kab. Bombana, dan harus menginap di ibukota Kabupaten Bombana, kemudian melanjutkan perjalanan keesokan harinya karna mengikuti jadwal kapal speedboat yang berangkat pagi hari pukul 07.30 pagi. Namun, para wisatawan bisa juga memilih untuk berangkat pagi dari Kendari dan mendapatkan kapal penumpang (kapal kayu) regular yang berangkat setiap hari pukul 10.00.
Bantea Pogurua (Rumah Belajar) untuk kegiatan indoor
Perjalanan panjang dan melelahkan dari pelabuhan Kasipute ke Desa Tangkeno terbayar dengan indahnya pemandangan laut dan desa-desa sepanjang perjalanan. Wangi cengkeh yang sedang dijemur di sepanjang jalan menuju Desa Tangkeno menambah semerbak suasana perjalanan. Sampai di Desa Tangkeno kami disambut oleh Kepala Desa Tangkeno Bapak Abdul Asis. Sambutan selamat datang dengan penuh keramahan dilengkapi sajian ayam kampung bakar yang telah disajikan oleh istri kepala Desa Tangkeno.
Desa Tangkeno tidak hanya menjadi tempat wisata, berbagai jenis kegiatan bisa dilaksanakan ditempat ini, dengan dukungan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah desa dan pemerintah daerah baik untuk kegiatan indoor maupun outdoor.

Untuk kegiatan indoor di Desa Tangkeno terdapat fasilitas seperti balai desa, tribun/panggung kecil di pinggir lapangan desa, dan balai besar di tengah hall. Tempat lain yang bisa digunakan dalam kegiatan indoor adalah rumah belajar (bantea pogurua) yang dibangun menyerupai rumah adat khas Suku Moronene Kabaena berbentuk rumah panggung dengan dinding setinggi lutut orang dewasa membuat ruangan ini bebas gerak sehingga cocok untuk tempat diskusi atau kegiatan indoor lainnya. Dinding yang dibiarkan terbuka memang disediakan untuk memandangi kemolekan gunung Sangia Wita.

Selain itu juga terdapat fasilitas untuk kegiatan outdoor di antaranya terdapat lapangan desa, halaman balai desa dan sebuah hall. Hall adalah sebuah lapangan terbuka yang telah dibangun menyerupai stadion sepak bola namun dilengkapi helipad di tengah stadion.

Dalam outbound ini, RPS mengajak ibu-ibu warga Desa Tangkeno untuk ikut dalam kegiatan. Kegiatan hari pertama (5 Agustus 2015) menggunakan hall, kegiatan dimulai dengan perkenalan, menggunakan Metode Zap Zip Zap permainan ini juga bermakna dalam memperat peserta outbond satu sama lain selanjutnya peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Dilanjutkan dengan beberapa permainan dalam outbond : (1) tangan silang dalam kelompok dengan menggunakan tali raffia, permainan ini bermakna kerja sama. (2) tim tali spiderman dengan menggunakan tali raffia, bermakna kepemimpinan dan diakhiri dengan, (3) permainan tali borgol dengan menggunakan tali raffia, diharapkan permainan ini menambah kreatifitas dalam penyelesaian masalah. Permainan semakin seru diselingi dengan ice breaking dalam bentuk gerak dan lagu; Marina Menari diatas Menara, Angin Bertiup dan lagu-lagu serta yel-yel kreasi masing-masing kelompok. Ice breaking juga melatih konsentrasi peserta, merefresh peserta dan  mencairkan suasana.
Suasana Tim Building RPS bersama warga Desa
Permainan dilanjutkan di lapangan desa. Desa ini memang mempunyai lapangan desa yang dilengkapi tribun sederhana. Di tribun ini, tim building RPS memainkan beberapa permainan untuk membangun kecepatan berpikir dan pengambilan keputusan melalui studi kasus dalam bentuk cerita teka-teki. Ditemani lagu papa tome papa dan gerak tangan berputar didepan dada, badan yang sedikit merunduk lalu ditegakkan dan sebaliknya, dengan ritme pelan hingga cepat, dan sebaiknya, ditambah lagi dengan permainan tugu pancoran, lampu merah dan bunga matahari menambah seru permainan dalam tim building.

Ibu Nurlia salah satu peserta dari Desa Tangkeno yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Desa Tangkeno, menyambut baik kegiatan ini dan menyatakan bahwa ; ”Meski kegiatan ini hanya berupa permainan tapi sebenarnya mengandung banyak makna dan kami bisa belajar banyak hal dari permainan ini. semoga RPS bisa berkunjung kembali ke Desa Tangkeno”.

Kegiatan outbond dilanjutkan dihari kedua (6 Agustus 2015) yang dilaksanakan di halaman kantor kepala desa. Rangkaian kegiatan/permainan yang dilakoni terdiri dari Estafet  Bola Pingpong dan Estafet Tepung Terigu, kedua permainan ini bermakna Kerja sama, kecepatan, melatih keseimbangan, dan ketepatan waktu. Diakhiri dengan permainan Pipa Bocor untuk Melatih kerja sama tim, berani menghadapi resiko, keyakinan yang tinggi dalam menghadapi tantangan.

Peserta dengan penuh semangat dan riang gembira mengikuti kegiatan. Kegiatan ini tidak hanya merefresh kerja otak, namun fisik juga menjadi lebih rileks dan sehat. Sitti Hermin Tahir salah satu staf RPS dengan penuh semangat menyatakan bahwa : “Tim building dalam bentuk outbond yang dirangkaikan dengan rekreasi memberi nilai dan semangat baru bagi saya dan hal ini perlu dilakukan setiap tahun agar selalu ada penyegaran”.

Mengunjungi Situs dan Kuliner
Setelah kegiatan selesai dilanjutkan dengan foto bersama dengan seluruh peserta out bond, sebelum rangkaian kegiatan ditutup lalu dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke situs-situs wisata Desa Tangkeno, seperti Benteng Tuntutari, sebuah benteng peninggalan kerajaan Tokotu’a (Kabaena) yang dibangun untuk memantau musuh dan juga sebagai pertahanan kerajaan.

Perjalanan dilanjutkan dengan wisata kuliner, melihat langsung proses pembuatan gula aren (gula merah) secara tradisional, dan juga pembuatan penganan khas Desa Tangkeno (Kabaena) berupa gula kelapa yang terbuat dari kelapa muda dan gula merah yang dibungkus dengan kulit jagung.

Pulau Sagori
Hari ketiga (7 Agustus 2015) rombongan RPS berangkat ke Desa Pongkalaero, dilanjutkan dengan penyeberangan ke Pulau Wakao dan Pulau Sagori. Pulau Wakao adalah pulau yang terdapat di Laut Kabaena dan juga Selat Makassar. Pulau ini tanpa penghuni dengan pasir putih dan air laut yang bening sebening embun pagi yang menemani tim RPS dalam perjalanan menuju pulau Wakao. Pulau Sagori tidak kalah cantik dengan pulau Wakao, pulau ini dihuni oleh masyarakat Suku Bajo. Pulau kecil di lautan lepas dengan pepohonan yang rindang dan pasir putih di tengah lautan.

Perjalanan tim building semakin lengkap dengan kunjungan ke dua pulau tersebut. Sehingga tim RPS menyebutnya perjalanan gunung dan laut. Maryce A. Walukou staf Administrasi Rumpun Perempuan Sultra mengapresiasi kegiatan ini ; “Penting bagi staf RPS untuk sejenak meninggalkan rutinitas bersama di kantor dan melakukan rutinitas di luar kantor dengan kegiatan seperti ini”.

Tulisan ini pernah dimuat 
di Bulletin BaKTI MAMPU Edisi117 (September-Oktober 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar