Tim Building Rumpun Perempuan Sultra (RPS) Kendari
kampo da moico hawano,
damoico tetodoa
(Kabaena kampung yang bergunung-gunung,
kampung yang sejuk udaranya,
kampung yang baik untuk dihuni)”.
Demikian sebait
lagu yang menemani tim Rumpun Perempuan Sultra (RPS) dalam perjalanan dari Desa
Batuawu, Kecamatan Kabaena Selatan menuju Desa Wisata Tangkeno di Kecamatan
Kabaena Tengah, Kabupaten Bombana. Untuk mencapai Desa Wisata Tangkeno, kami
melewati 5 desa, dari pelabuhan di Desa Batuawu. Mobil yang kami tumpangi terus
melaju menjejaki jalan berliku dan menanjak. Sampai di Desa Tirongkotu’a, udara
sejuk sudah terasa di tengah sinar mentari pagi menjelang siang.
Perjalanan kali ini
menjadi perjalanan wisata yang tidak biasa, karena perjalanan ini adalah
kegiatan tim building RPS. RPS adalah salah satu mitra Yayasan BaKTI (Bursa
Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dalam program MAMPU (Maju Perempuan
Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan). Melalui kerjasama dengan Yayasan
BaKTI dalam Program MAMPU, RPS mendapat kesempatan untuk melaksanakan tim
building, yang bertujuan : (1) meningkatkan motivasi kerja serta kekompakan staf
program/lembaga dalam menjalankan tugas masing-masing, dan
(2) meningkatkan kemampuan leadership staf program/lembaga.
Kegiatan tim
building dikemas dalam bentuk outbond. Perjalanan dimulai dari Kota Kendari, ibu
Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, mengendarai mobil selama 3,5 jam ke Kasipute
Kab. Bombana. Perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal speedboat menuju pelabuhan Desa Batuawu. Selanjutnya, menuju Desa Wisata
Tangkeno di Kecamatan Kabaena Tengah.
Tangkeno, Desa Wisata di Kabupaten Bombana
Desa Tangkeno
terletak di lereng Gunung Sabampolulu, salah satu gunung tertinggi di Sulawesi
Tenggara. Oleh karenanya tidak heran jika bentuk topografi dari desa Tangkeno
berbukit-bukit. Desa Tangkeno adalah desa pemekaran dari desa Enano tahun 1997.
Awal pemekarannya, Desa Tangkeno bernama Desa Enano di Tangkeno sementara desa
Induk bernama desa Tangkeno di Enano. Bagi masyarakat Tokotua/Kabaena, nama
kedua desa tersebut sedikit ganjil karena perkampungan warga desa Tangkeno lebih
dikenal sebagai Kampung Enano dan sebaliknya perkampungan warga desa Enano
dikenal dengan kampung Tangkeno. Tahun 2012 barulah nama kedua desa tersebut
diubah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.18 tahun 2012 tentang perubahan
nama beberapa desa dalam wilayah Kabupaten Bombana. Tanggal 16 Mei 2013 Desa
Tangkeno ditetapkan sebagai desa wisata di Kabupaten Bombana oleh Bupati
Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata berdasarkan Peraturan
Bupati Nomor 213 Tahun 2013 tentang Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten
Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten Bombana tentu
berdasarkan potensi wisata yang dimiliki mulai dari wisata alam, wisata budaya,
dan wisata sejarah.(www.tangkeno.com).
Tangkeno menarik
untuk dikunjungi karena desa ini menawarkan keindahan panorama pegunungan yang
sejuk dan indah yang berada di kaki gunung Sabampolulu pada ketinggian 1500 di
atas permukaan laut. Tangkeno menawarkan wisata sejarah, sebagai kampung tertua
dan pertama di pulau Kabaena yang dihuni oleh etnis Moronene Kabaena dengan
beberapa peninggalan situs sejarah, berupa benteng pertahanan dan jejak-jejak
purbakala seperti batu berbentuk lesung di permandian air terjun. Budaya dan
seni tradisi yang masih terjaga juga menjadi hal menarik untuk dikunjungi.
Setelah
ditetapkan menjadi desa wisata, selanjutnya
pemerintah daerah membangun fasilitas pendukung Desa Wisata. Hal menarik dalam
pembangunan Desa Wisata ini, pemerintah daerah melibatkan partisipasi
masyarakat. Melalui serangkaian pelatihan, masyarakat dilatih menjadi
masyarakat ramah wisata, menyambut wisatawan dengan senyum, menyiapkan
rumah-rumah mereka sebagai homestay
bagi wisatawan, menyediakan kuliner khas Desa Tangkeno dan menjadi guide yang selalu siap mengantar
wisatawan mengelilingi situs wisata di Desa Tangkeno.
Untuk menuju Desa
Wisata Tangkeno, dari Provinsi Sulawesi Tenggara kami menuju Kab. Bombana, dan harus
menginap di ibukota Kabupaten Bombana, kemudian melanjutkan perjalanan keesokan
harinya karna mengikuti jadwal kapal speedboat
yang berangkat pagi hari pukul 07.30 pagi. Namun, para wisatawan bisa juga
memilih untuk berangkat pagi dari Kendari dan mendapatkan kapal penumpang
(kapal kayu) regular yang berangkat setiap hari pukul 10.00.
Perjalanan panjang
dan melelahkan dari pelabuhan Kasipute ke Desa Tangkeno terbayar dengan
indahnya pemandangan laut dan desa-desa sepanjang perjalanan. Wangi cengkeh
yang sedang dijemur di sepanjang jalan menuju Desa Tangkeno menambah semerbak
suasana perjalanan. Sampai di Desa Tangkeno kami disambut oleh Kepala Desa
Tangkeno Bapak Abdul Asis. Sambutan selamat datang dengan penuh keramahan
dilengkapi sajian ayam kampung bakar yang telah disajikan oleh istri kepala
Desa Tangkeno.
Desa Tangkeno
tidak hanya menjadi tempat wisata, berbagai jenis kegiatan bisa dilaksanakan
ditempat ini, dengan dukungan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah
desa dan pemerintah daerah baik untuk kegiatan indoor maupun outdoor.
Untuk kegiatan indoor di Desa Tangkeno terdapat
fasilitas seperti balai desa, tribun/panggung
kecil di pinggir lapangan desa, dan balai besar di tengah hall. Tempat lain yang
bisa digunakan dalam kegiatan indoor
adalah rumah belajar (bantea pogurua)
yang dibangun menyerupai rumah adat khas Suku Moronene Kabaena berbentuk rumah
panggung dengan dinding setinggi lutut orang dewasa membuat ruangan ini bebas
gerak sehingga cocok untuk tempat diskusi atau kegiatan indoor lainnya. Dinding yang dibiarkan terbuka memang disediakan
untuk memandangi kemolekan gunung Sangia Wita.
Selain itu juga
terdapat fasilitas untuk kegiatan outdoor
di antaranya terdapat lapangan desa, halaman balai desa dan sebuah hall. Hall adalah sebuah lapangan terbuka yang telah dibangun menyerupai
stadion sepak bola namun dilengkapi helipad di tengah stadion.
Dalam outbound ini, RPS mengajak ibu-ibu warga
Desa Tangkeno untuk ikut dalam kegiatan. Kegiatan hari pertama (5 Agustus 2015)
menggunakan hall, kegiatan dimulai
dengan perkenalan, menggunakan Metode Zap Zip Zap permainan ini juga bermakna
dalam memperat peserta outbond satu
sama lain selanjutnya peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Dilanjutkan dengan
beberapa permainan dalam outbond :
(1) tangan silang dalam kelompok dengan menggunakan tali raffia, permainan ini
bermakna kerja sama. (2) tim tali spiderman dengan menggunakan tali raffia,
bermakna kepemimpinan dan diakhiri dengan, (3) permainan tali borgol dengan
menggunakan tali raffia, diharapkan permainan ini menambah kreatifitas dalam penyelesaian
masalah. Permainan semakin seru diselingi dengan ice breaking dalam bentuk gerak dan lagu; Marina Menari diatas
Menara, Angin Bertiup dan lagu-lagu serta yel-yel kreasi masing-masing
kelompok. Ice breaking juga melatih
konsentrasi peserta, merefresh
peserta dan mencairkan suasana.
Permainan
dilanjutkan di lapangan desa. Desa ini memang mempunyai lapangan desa yang
dilengkapi tribun sederhana. Di tribun ini, tim building RPS memainkan beberapa
permainan untuk membangun kecepatan berpikir dan pengambilan keputusan melalui
studi kasus dalam bentuk cerita teka-teki. Ditemani lagu papa tome papa dan gerak tangan berputar didepan dada, badan yang
sedikit merunduk lalu ditegakkan dan sebaliknya, dengan ritme pelan hingga
cepat, dan sebaiknya, ditambah lagi dengan permainan tugu pancoran, lampu merah
dan bunga matahari menambah seru permainan dalam tim building.
Ibu Nurlia
salah satu peserta dari Desa Tangkeno yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Desa
Tangkeno, menyambut baik kegiatan ini dan menyatakan bahwa ; ”Meski kegiatan ini hanya berupa permainan
tapi sebenarnya mengandung banyak makna dan kami bisa belajar banyak hal dari
permainan ini. semoga RPS bisa berkunjung kembali ke Desa Tangkeno”.
Kegiatan outbond dilanjutkan dihari kedua (6 Agustus
2015) yang dilaksanakan di halaman kantor kepala desa. Rangkaian
kegiatan/permainan yang dilakoni terdiri dari Estafet Bola Pingpong dan Estafet Tepung Terigu,
kedua permainan ini bermakna Kerja sama, kecepatan, melatih keseimbangan, dan ketepatan
waktu. Diakhiri dengan permainan Pipa Bocor untuk Melatih kerja sama tim,
berani menghadapi resiko, keyakinan yang tinggi dalam menghadapi tantangan.
Peserta dengan
penuh semangat dan riang gembira mengikuti kegiatan. Kegiatan ini tidak hanya
merefresh kerja otak, namun fisik
juga menjadi lebih rileks dan sehat. Sitti Hermin Tahir salah satu staf RPS dengan
penuh semangat menyatakan bahwa : “Tim
building dalam bentuk outbond yang dirangkaikan dengan rekreasi memberi nilai
dan semangat baru bagi saya dan hal ini perlu dilakukan setiap tahun agar
selalu ada penyegaran”.
Mengunjungi
Situs dan Kuliner
Setelah kegiatan
selesai dilanjutkan dengan foto bersama dengan seluruh peserta out bond, sebelum rangkaian kegiatan
ditutup lalu dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke situs-situs wisata Desa
Tangkeno, seperti Benteng Tuntutari, sebuah benteng peninggalan kerajaan
Tokotu’a (Kabaena) yang dibangun untuk memantau musuh dan juga sebagai
pertahanan kerajaan.
Perjalanan dilanjutkan
dengan wisata kuliner, melihat langsung proses pembuatan gula aren (gula merah)
secara tradisional, dan juga pembuatan penganan khas Desa Tangkeno (Kabaena)
berupa gula kelapa yang terbuat dari kelapa muda dan gula merah yang dibungkus
dengan kulit jagung.
Pulau Sagori |
Perjalanan tim
building semakin lengkap dengan kunjungan ke dua pulau tersebut. Sehingga tim
RPS menyebutnya perjalanan gunung dan laut. Maryce A. Walukou
staf Administrasi Rumpun Perempuan Sultra mengapresiasi kegiatan ini ; “Penting bagi staf RPS untuk sejenak
meninggalkan rutinitas bersama di kantor dan melakukan rutinitas di luar kantor
dengan kegiatan seperti ini”.
Tulisan ini pernah dimuat
di Bulletin BaKTI MAMPU Edisi117 (September-Oktober 2015)
Tulisan ini pernah dimuat
di Bulletin BaKTI MAMPU Edisi117 (September-Oktober 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar